Tanggapi Isu Politik Dinasti, Walikota : Rakyat yang Memilih

Tanggapi Isu Politik Dinasti, Walikota : Rakyat yang Memilih

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Meskipun putra pertamanya Aji Setyawan telah resmi diusung oleh PDI Perjuangan berpasangan dengan calon wakilnya Windarti Agustina, Walikota Magelang Sigit Widyonindito akan bersikap netral, pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 di Kota Magelang. Sebagai seorang ayah, Sigit hanya bisa mendoakan putra sulungnya itu mendapatkan yang terbaik. ”Aji memang anak saya, putra pertama saya, tetapi kalau urusan politik itu menjadi hak pribadinya. Tentu tidak bisa saya terlalu mengintervensinya,” kata Sigit, kemarin. Menurutnya, antara jabatan seorang walikota dengan seorang ayah itu tidak bisa dicampuradukan. ”Saya pribadi siap mendukungnya, tapi secara jabatan saya ini dipilih oleh rakyat, maka rakyatlah yang menjadi perhatian utama jabatan saya. Sedangkan anak adalah perhatian saya sebagai seorang ayah. Jadi memang tidak bisa dicampuradukkan antara peran seorang ayah dengan jabatan sebagai kepala daerah,” ujarnya. Sigit mengakui selama ini ia mendidik anaknya itu untuk mandiri sejak awal. Bahkan ketika putranya memilih bergelut di bidang politik, itu adalah murni keinginan putranya sendiri. Untuk diketahui, Aji menjadi anggota DPRD Kota Magelang pada pemilihan legislatif tahun 2014 silam. Di tahun ini, ia kembali menjabat di posisi yang sama. Bahkan Aji menjadi peraub suara terbanyak untuk PDI Perjuangan di Dapil II Magelang Tengah, pada Pileg 2019 lalu. ”Saya hanya dimintai saran dan restu. Kalau dia mencalonkan sebagai anggota DPRD bagaimana? Saya katakan silakan saja, itu hak politik masyarakat, termasuk anak saya,” terangnya. Baca juga 12 Lawan 13, Berkas Pendaftaran As Winner dan Aman Lengkap Ia hanya menanamkan di hati ketiga anaknya, agar selalu serius dan penuh tanggung jawab. Termasuk ketika mengemban amanah sebagai seorang pejabat maupun wakil rakyat, maka hak-hak orang lain lah yang harus diutamakan. ”Waktu mendaftar anggota dewan di tahun 2014 lalu, saya hanya pesan, sudah siap benar? Sudah dipikir matang-matang? Saya juga tanya, tujuan kamu menjadi anggota dewan apa? Dia jawab mengabdi, ya sudah, saya dan ibu hanya bisa mendoakan untuk yang terbaik,” ujarnya. Sigit mengaku jika dirinya dan Aji sudah tinggal di rumah yang berbeda. Menurutnya, hal tersebut menjadi tindakan yang positif karena sebagai orangtua tentu ingin anaknya hidup mandiri. ”Setelah lulus kuliah kemudian menikah dan memilih berpolitik, saya hanya menjelaskan beberapa poin penting jadi pandangan hidupnya. Selebihnya dia sendiri yang menentukan,” katanya. Termasuk saat hendak mencalonkan sebagai calon wakil walikota Magelang, dari PDIP yang membesarkan namanya, Sigit hanya menanyakan dua hal. ”Saya tanya apa tujuannya dia mencalonkan (sebagai calon wakil walikota saat itu). Sejauh mana keyakinannya saat memilih di jalur ini. Jawabannya, dia ingin mengabdi untuk rakyatnya, dan keyakinannya tinggi, karena menjadi anggota DPRD sudah dua periode. Bahkan memperoleh suara terbanyak di antara calon anggota yang lain. Bagi saya itu adalah buah kerjanya. Orangtua ikut campur tidak sejauh itu, dia dipilih karena rakyat, bukan karena seorang putra walikota,” ungkapnya. Disinggung mengenai praktik politik dinasti, Sigit pun menjawab dengan wajah senyum. Menurutnya, negara Indonesia adalah negara yang berdaulat dan menganut sistem demokrasi. Ia meyakini bahwa sistem demokrasi ini tidak akan mungkin melegalkan politik dinasti. ”Hubungan ayah dan anak iya. Tapi berbeda jika ini sudah menyangkut jabatan. Karena dia jadi (terpilih) atau tidak itu tergantung dari rakyatnya, bukan karena ditunjuk, negara kita adalah negara demokrasi,” katanya. Sigit mengaku jika selama ini, anaknya aktif mengikuti kegiatan kepartaian, dan sekolah partai. Semata yang dilakukan anaknya adalah untuk mengembangkan kemampuannya sendiri. ”Sampai pada akhirnya mendaftar jadi wakil walikota tapi direkomendasi sebagai calon walikota. Itu yang menentukan DPP PDI Perjuangan. Sama dengan saya, waktu itu juga mendaftar, ikut tes, sekolah partai. Kalau anak saya dianggap mampu lalu turun sebagai calon walikota, ya saya senang. Artinya anak saya dianggap punya kemampuan untuk mendapatkan amanah ini,” jelasnya. Dia pun menegaskan bahwa bukan keinginan walikota yang mendorong putranya mencalonkan, tetapi tekad dan keyakinan anaknya lah yang membawanya sampai sejauh ini. ”Sebagai orangtua sudah sepantasnya mendukung dan mendoakan anak. Masyarakat Magelang itu sudah cerdas Kalau mau memilih ya lihatlah visi dan misinya, program-programnya,” katanya. Sigit yakin, putra pertamanya itu akan mampu mengembangkan kebijakan yang selama ini dibentuk olehnya selama 10 tahun. ”Dia lebih tahu, lebih muda, dan pasti lebih visioner dari pada saya. Kebijakan yang sudah ada dipertahankan, dan yang belum ditambahi. Saya tahu dia punya kapasitas untuk itu,” tuturnya. Sementara itu, Bakal Calon Walikota Magelang Aji Setyawan mengaku sangat membanggakan terhadap sosok ayah dan ibunya. Tak pelak sebelum bergegas ke KPU Kota Magelang pun, Aji menyempatkan cium tangan kedua orangtua. ”Saya hanya minta doa restu dengan orangtua. Karena doa merekalah, saya bisa sejauh ini, dan semoga dilancarkan seterusnya,”ujarnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: